Sobat pernah mendengar soal latte factor yang kabarnya bisa bikin lebih boros? Istilah tersebut dibuat oleh David Bach, seorang motivator keuangan dan penulis buku berjudul Finish Rich. Secara garis besar, istilah itu ia buat untuk menunjukkan pengeluaran yang rutin dibuat karena kebiasaan yang terlihat remeh, tapi ternyata bisa menguras penghasilan.
Lebih jauh lagi, Bach menggunakan istilah latte factor untuk mengkritik kebiasaan masyrakat di kota-kota besar, terutama para milenial, yang sering menghabiskan uang dan waktu nongkrong di kafe atau restoran untuk menikmati kopi. Padahal, pengeluaran itu sering kali tak perlu dan malah bisa digunakan untuk kebutuhan lain, bahkan dapat ditabung atau diinvestasikan.

Meski begitu, walaupun ada kata latte di dalamnya, istilah tersebut tidak hanya berkaitan soal nongkrong atau minum kopi saja. Sebab, Bach kemudian menjabarkan bagaimana istilah latte factor juga relevan digunakan untuk berbagai jenis pengeluaran “receh” lainnya. Contohnya jajan camilan untuk persediaan di kamar, beli air mineral, belanja online, karaoke, hingga nonton film di bioskop.
Ingin tahu apa saja latte factor Sobat dan bagaimana cara mengendalikannya? Yuk simak ulasan berikut ini untuk penjelasan yang lebih lengkap! Selamat membaca!
Cara Menghindari Latte Factor yang Bisa Bikin Boros
Daftar isi
Ketahui latte factor-mu
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, latte factor sama dengan pengeluaran kecil yang kerap dilakukan, dan tanpa terasa jumlahnya ternyata sangat signifikan. Jadi, sebelum mencari cara untuk mengatasi masalah kebocoran keuangan yang dialami, Sobat harus tahu dulu apa yang jadi penyebabnya.
Bach menjelaskan bahwa mengenali apa saja yang jadi latte factor Sobat dan mengubahnya sangat berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari. Pada dasarnya, bocor halus ini biasa disebabkan oleh pengeluaran yang kalau dihemat memang tidak bisa membuat Sobat jadi banyak uang. Tapi, jika dihemat, Sobat bisa menggunakan uangnya untuk menabung atau malah berinvestasi, yang pasti lebih menguntungkan Sobat dari segi keuangan pribadi, kan?
Hitung Jumlah Pengeluarannya
Setelah Sobat tahu apa saja yang jadi sumber bocor halus di dompet, sekarang Sobat coba hitung totalnya supaya makin terasa seberapa besar dampaknya. Sebab, kalau tidak begini, selamanya Sobat hanya akan beranggapan bahwa pengeluaran tersebut sangat receh dan bisa disepelekan, meskipun kenyataannya tidak.

Sebagai contoh, Sobat punya kebiasaan jajan kopi susu kekinian. Anggap saja harganya Rp15.000 per gelas. Kemudian, Sobat merasa minum kopi harus ditemani camilan seperti donat atau gorengan – beli di warung dekat kantor saja yang murah, karena harganya hanya Rp5.000. Total jajan Sobat kalau dijumlahkan ternyata sudah Rp20.000, kan?
Kemudian, kalikan saja dengan pengeluaran untuk kopi dan jajan selama lima hari kerja, yaitu Rp20.000 x 5 hari = Rp100.000. Kalau sebulan ada empat minggu, berarti dalam sebulan saja Sobat sudah keluar Rp400.000 untuk kopi dan camilan, kan? Angka tersebut juga berarti Rp4.800.000 dalam setahun, atau seharga satu unit smartphone kelas menengah dengan spesifikasi yang oke.
Tahan diri
Sekali lagi, mengatasi latte factor juga berarti akan memaksa Sobat untuk mengubah kebiasaan sehari-hari. Artinya, mengurangi sumber kebocoran, atau bahkan menyumbatnya sampai tuntas, jelas bukan sebuah proses yang butuh waktu singkat. Karenanya, Sobat perlu berkomitmen, konsisten, dan disiplin dalam mengerem segala keinginan untuk mengeluarkan uang tanpa rencana, apalagi karena Sobat berpikiran seperti, “Ah, harganya murah ini. Besok nggak beli lagi, deh!” Padahal, apa Sobat benar-benar tidak akan terus-terusan membeli?
Hal ini juga bukan berarti Sobat tidak boleh mengeluarkan uang untuk jajan kopi, camilan, atau pengeluaran lainnya terkait dengan hiburan. Kuncinya adalah merencanakan pengeluaran tersebut dengan anggaran, kemudian menerapkan disiplin diri dengan mengikuti anggaran yang sudah dibuat.
Sebab, bayangkan saja berapa banyak uang yang bisa Sobat hemat jika Sobat bisa mengerem latte factor Sobat. Kelebihan uang tersebut ternyata jumlahnya sangat besar jika dihitung dalam sebulan, bahkan hingga setahun, kan? Sobat bahkan bisa menggunakannya untuk kebutuhan lain seperti membuat tabungan darurat atau investasi.
Jadi, yuk, mulai kendalikan pengeluaran receh yang bisa jadi sebab boros. Biar lebih jago mengelola keuangan, simak juga tips lainnya di sini.